Search This Blog

Saturday, April 30, 2016

Allah masih menjagaku

Bersyukur itu ternyata penting sekali.
Sudah tak terhitung rasanya Allah melindungi saya dari menumpahkan kata-kata (maaf) kotor kepada orang yg sudah menyakiti saya.

Sebenernya tulisannya ini sudah saya buat sedarri dulu #sambilnyanyi waktu masih kuliah. Maklum lah namanya anak muda, aktif disana sini, pasti ada aja yang buat sakit hati. Saking meledaknya, dulu pernah kepikiran saya mau marahin orangnya, langsung lah, lewat medsos lah (sengaja biar semua orang tau) DLL.

Anehnya, setiap  kali mau eksekusi, mau datengin ybs (yg bersangkutan) atau mau post luapan kemarahan dengan mensyen (mention) nama orang tsb di medsos, adaaaa aja yg ngalangin. Entah dari mana datangnya halangan itu. Misal, tiba2 ketemu dosen, tiba2 koneksi putus, atau bahkan tiba2 laper #loh?

Yang jelas, kata2 menyakitkan yg udah saya siapkan untuk ybs, tidak pernah terucap/terlepas. Saat itu, jujur saya merasa agak dongkol karena emosi saya tidak bisa terluapkan, yaaah, meskipun emosi kecil2an saja. Harap maklum, namanya juga anak muda yg sudah punya niat, Kalo g kesampean itu ya nyesek.

Sekarang, ketika udah setahun jadi abdi negara di bidang Statistik, jujur kata2 kurang santun sudah beberapa Kali terlepas dari mulut saya. Tentunya dengan penyebab yang jauh berbeda dengan jaman kuliah. Sebagian besar karena kondisi lingkungan kerja yang tidak seperti bayangan Dan idealisme saya yang (agak/cukup) menuntut.

Saat inilah saya merasa perlu instropeksi diri, kenapa bisa ada yg seperti itu keluar dari mulut saya, meskipun tidak langsung kepada ybs. Apakah karena saya kurang bersyukur? Dulu benar2 Allah lindungi saya dari perbuatan itu, sekarang Allah berikan kebebasan kepada saya? Apa saya sekarang semakin jauh dari Allah? Apa saya kurang berzakat? Atau saya ada memakan yang bukan hak saya?
Na'udzubillahi min dzaalik.

Entah yang mana, saya harus perbaiki diri, agar Allah senantiasa melindungi saya dari perbuatan tidak terpuji tsb.
Rasa syukur saya sepertinya perlu di upgrade agar bisa iklas menjalani pekerjaan. Dengan demikian, peluang (cie ngomong Statistik) untuk melontarkan kata2 tidak baik bisa terkurangi dengan  signifikan (cie statistik lagiiii).

Naah, kalau sudah begini, saya jadi kangen nasehat-nasehat dari abi wa ummi di rumah. Nasehat yang menyembuhkan luka, nasehat yang menyirami kehausan, Dan nasehat yang menyenangkan hati yang sedih.

Terimakasih telah membaca tulisan saya, semoga bermanfaat bagi teman2 pembaca sekalian.

Sesuatu memang akan sulit kita sadari peran dan maknanya, sampai kita kehilangan sesuatu itu. Termasuk juga Dalam hal ini, kedekatan dengan Yang Maha Mengetahui.

Yuk mari pedekate ke Allah, supaya makin dilindungi oleh sebaik-baik pelindung 😍😍😍😍😍😍